Zonafakta, BANJARMASIN – Pimpinan Wilayah Bulog Kalimantan Selatan Dani Satrio resmi dicopot dari jabatannya, Selasa (18/3/2024) malam. Pencopotan jabatan ini merupakan buntut dari laporan petani di Kabupaten Tanah Laut kepada Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman terkait pasifnya kinerja Bulog Kalsel menyerap gabah hasil panen mereka.
Amran mengaku geram dan kecewa dengan Bulog Kalsel. Bulog dinilai membiarkan petani menunggu kepastian harga di sawah, sedangkan Bulog hanya menunggu di gudang.
“Kalau ada yang tidak mau bekerja untuk rakyat, lebih baik minggir,” tegas Amran dalam keterangannya, Rabu (19/3/2025).
Sebelumnya, Mentan Amran menghadiri panen raya di Desa Maluka Baulin, Kecamatan Kurau, Kabupaten Tanah Laut, Selasa (18/3/2025). Amran menerima banyak keluhan dari petani setempat soal kinerja Bulog Kalsel.
“Bulog di sini susah sekali dihubungi, mereka juga jarang turun ke lapangan. Padahal sekarang petani lagi panen raya, tapi nggak ada kepastian. Akhirnya, kami terpaksa jual ke tengkulak meskipun harganya jauh di bawah HPP,” keluh seorang petani kepada Mentan.
Keluhan serupa juga datang dari petani lain yang mengaku memiliki 151 karung gabah, tetapi belum ada kepastian kapan Bulog akan membelinya, sehingga menyimpan gabah di rumahnya.
Selain itu, banyak petani mengeluhkan bahwa Bulog masih memberikan persyaratan yang terlalu ketat, seperti mewajibkan gabah dalam kondisi benar-benar kering, sehingga makin menyulitkan petani.
Bahkan, petani juga mengeluhkan pembayaran dari Bulog yang sering terlambat hingga satu minggu, menyebabkan mereka kesulitan dalam perputaran modal.
Mendapat laporan itu, Mentan Amran pun mengambil tindakan tegas dengan mencopot Dani dari jabatan Pimwil Bulog Kalsel. Dia menegaskan tindakan ini sebagai langkah serius pihaknya untuk memperbaiki sistem serapan gabah petani.
“Pencopotan ini bukan hukuman, tapi sebagai langkah serius dalam memperbaiki sistem serapan gabah ke depan,” ungkap Amran.
Ia menekankan agar Bulog Kalsel turun ke lapangan dan tidak membuat petani terlalu lama menunggu kepastian. Jangan sampai petani merugi.
“Kita tidak bisa membiarkan petani terus dirugikan, harus ada perbaikan nyata. Bukan sekedar menunggu di gudang,” tandas Amran, melansir detikcom.
Ia berharap, dengan langkah ini nantinya sistem serapan gabah di Kalsel bisa diperbaiki serta bisa memastikan harga gabah tetap stabil dan tidak ada petani yang merasa terabaikan saat panen raya.(*)
Leave a comment